Rabu, 30 Juli 2014

cerpen kuliah terakhir



Kuliah Terakhir
 by: Khoirus S_Surabaya.
Kini tinggallah kenangan antara aku dengan kampus ini. Kampus dengan segala ilmu dan mimpi-mimpi indahku. Di kampus ini kuukirkan sejuta cerita yang tak pernah kulupakan. Aku masih ingat awal aku masuk kampus ini. Memandang bangunan menjulang tinggi dengan pesona langit yang memukauku. Rerumputan mungil berserakan di tiap bangunan menambah keelokan kampus ini.Dengan harapan indahnya kampus ini ,seindah aku meninggalkan kampus ini.
Kini tetesan air mata yang mengalir di pipiku menjadi saksi,aku lulus dari kampus ini dengan predikat terbaik. Terima kasih orang tuaku,dosen-dosenku dan teman-temanku yang menjadi suporter sepakbolaku agar semangatku yang kadang lunglai menjadi hambaran petir yang mampu mencampurkan berbagai elemen jadi satu.Tak lupa kuucapkan terima kasih kepada buku-bukuku yang setia menemaniku dan ada disaat aku butuh. Tiap kata yang ada pada lembaran-lembaran buku membuatku takjub akan kebermaknaan kata yang tak pernah aku temui. Kini aku telah menemuimu dan kau berikan solusi padaku.Tanpa kalian aku bukan siapa-siapa. Dengan kalian aku tahu aku siapa dan untuk apa.
Kini aku hanya lulusan S1. Mau tidak mau aku harus menghadapi tantangan kehidupanku selanjutnya. Itu sudah jadi proposal yang dibuat Tuhan dan aku yang akan menjalaninya. Tinggal selangkah menuju mimpi,aku akan berhasil membantu negeri kita tercinta menjadi yang lebih baik.
 

Cerpen Harapan Orang Tua

HARAPAN ORANG TUA
Aku tidak mengerti dengan jalan yang kulalui sekarang ini. Jalan itu terkadang terjal,datar,licin,dan diselingi bebatuan. Aku hanya terdiam dan memahai semua ini. Senyuman hanya sebatas kebahagian kecil yang harus aku lakukan untuk menyenangkan orang-orang di sekitarku,walaupun mereka tidak tahu apa yang aku rasakan sekarang ini. Senyuman itu juga membuat mereka merasa terhargai dengan adanya aku di sekitar mereka.
Waktu memberitahuku agar aku berlari sejauh mungkin. Berlari ke arah yang aku mau,tapi janganlah aku lupakan peraturan dalam pertandingan lari itu. Karena jika aku melanggarnya,aku bisa keluar dan diberi sanksi. Ya di kehidupan ini khususnya di Indonesia,negara yang kental dengan kekerabatannya, banyak sekali peraturan terutama di dalam keluarga. Aku tahu peraturan itu baik untukku dan baik untuk semuanya.
Ibuku berbicara denganku seperti layaknya aku berbincang teman seumuranku. Itulah ibuku yang menjadikanku seolah-olah temannya sendiri. Tetapi aku tetap menjaga kesantunan berbicaraku terhadap ibuku.
"Ini aku dapat sms dari temanku kalau jam 8 malam di tv one ada debat capres dan cawapres,"
kataku
"Kamu ini suka nonton televisi kalau di kostmu?Sudahlah jangan terlalu suka menonton televisi,jadi kutu buku saja. Lihat nanti kalau nilai semestermu turun.Ayahmu akan marah besar kepadamu,"kata Ibu
Aku hanya terdiam . Tak satu katapun terlontar dari mulutku.Ya  aku anak kuliahan. Karena antara kost dan rumah sangat jauh.Akhirnya aku di kostkan di kost dekat kampus. Aku akui sekarang ini aku suka nonton televisi di kost. Entah setan apa yang asuk ke dalam diriku hingga aku pemalas seperti ini. Entah kenapa aku lebih tertarik membaca novel daripada buku. Aku benar-benar malu dengan ibuku. Aku menundukkan kepalaku.Oke untuk membuktikan kepada ibuku kalau aku bisa sesuai dengan harapannya.
Itulah orangtua yang punya keinginan besar agar anaknya bisa menjadi lebih baik dari dirinya. Satu atau dua kata yang dilontarkan orangtua bisa bermanfaat bagi kita. Kata-kata itu bagaikan permata atau mutiara yang menghiasi diri manusia. Dan terkadang kata-kata yang dilontarkan terkadang mengiris jantung hingga terbagi dua,dan itu cukup menyakitkan. Tapi kita tetap berpikir positif saja dan jadikan ucapan itu sebagai nasihat Tuhan agar kita menjadi pribadi yang lebih baik.
by:_khs_
_salam berkarya_

Cerpen " Dunia Kampus"

Dunia Kampus
Tiap langkah kaki ini memberi bekas tanah ini pernah kuinjak. Bekas itu bagaikan prasasti yang tidak semua orang pernah melewatinya. Ya aku hanya bocah yang masih berbau kencur, yang kini sudah hampir 1 tahun dengan statusnya sebagai mahasiswa di kampus ini. Memasuki dunia kampus ini tidak semudah dan sesulit yang aku bayangkan. Perlu banting tulang belajar masuk kampus ini. Dan setelah masuk kampus akhirnya aku lega lolos  masuk kampus tercinta,dan cukup megah ini.
Persahabatan,cinta,dan mimpi-mimpi bisa kucari disini. Tapi aku bisa menemukan cinta terlebih dahulu karena aku tidak ingin mencintai dan melukai seseorang yang cinta padaku. Mencintai tapi pada akhirnya melukai cukup menyakitkan untuk dirasakan. Cinta itu bagaikan merak dengan keelokan bulunya yang punya beragam warna.
Kaget sudah jadi hal biasa di kampus. Kaget dengan tugas-tugas kampus yang harus deadline pengumpulannya. Kaget dengan pengumuman seleksi beasiswa. Kaget dengan pengumuman lomba yang biasanya kurang beberapa hari baru diumumkan. Dan satu lagi yang membuat aku labih terkejut lagi yaitu kaget diajari dosen yang notabenenya sebagai dosen tapi ngomongnya terlalu berteori sesuai konteks di buku,seperti kurang interaktif dengan mahasiswanya. Jadi kalau mengajar seperti ngomong dengan bahasa luar angkasa saja hingga aku tidak tahu maksudnya apa. Sudahlah aku yakin bisa menghadapi dosen seperti itu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini dan aku tidak boleh pesimis. Pesimis hanya akan menjerumuskan aku ke jurang kematian.
Seminar dengan narasumbernya orang-orang penting benar-benar ketat jalannya seminar ini. Narasumbernya membawa pengawalnya.Saat narasumber memberi materi seminar,pengawalnya menunggu di dekat pintu.Aku pernah mengikuti seminar semacam ini. Peserta seminar disuruh datang lebih awal dan narasumbernya datang telat. Tidak tahu kenapa narasumbernya datang terlambat. Ya namanya saja orang penting banyak urusan yang perlu diselesaikan. Biasanya aku menamainya dengan jam karet. Jam yang molor lama dan tidak tepat waktu.Dan aku pernah juga datang dengan jam karet baik di acara formal dan informal.hehe. Bahasaku seperti bahasa tingkat atap rumah saja.
Aku akui sulit menemui orang penting seperti pejabat negara,ataupun pejabat di kampus. Hanya orang yang berkepentingan saja yang mampu berkomunikasi dengan mereka. Aku suka dengan gaya mereka yang tidak banyak basa basi dalam berbicara. Mau contoh. Ini contohnya,aku menemui wali dosenku saja harus sms dulu untuk janjian,takutnya wali dosennya tidak punya waktu di kampus ini karena dosenku juga punya tugas lainnya. Kalau dalam jam waktu janjiannya itu ada hal yang lebih penting,terpaksa harus janjianku dengan dosen dibatalkan.
Kalau melihat narasumber seperti itu rasanya ingin juga aku jadi orang penting. Tetapi aku heran,kenapa orang-orang terlihat hormat dengan orang itu,tidak tapi dengan orang miskin mereka tidak hormat.Haruskah orang itu dihargai karena punya hal yang tidak dipunyai orang lain?Bukannya kasihan dengan orang miskin,tapi aku merasa dalam jiwa kalian untuk kurang saling menghargai antar sesama. Kekayaan dan kemiskinan bukan dijadikan alat untuk membanggakan diri atau menjadi alat untuk membuat program kerja rodi lagi seperti zaman Belanda.Ingat teman kita ini sama-sama manusia.
Beginilah dunia kampus,mereka ada yang individualis tapi tenang saja ada juga yang tidak kok. Ingat tugas itu dikerjakan mandiri ya kita sendiri yang mengerjakan bukan orang lain. Aku merasa juga sedih dengan diriku sendiri karena aku belum bisa mengharumkan kampusku. Aku tahu kampusku masih belum punya nama besar di ajang lomba karya ilmiah. Sejujurnya aku ingin sekali bisa buat karya ilmiah di kalangan mahasiswa. Semoga cita-citaku tercapai dalam membuat karya ilmiah di kalangan mahasiswa dan prestasiku menjadi tumpukan harta karun sebesar gunung Semeru.