Rabu, 30 Juli 2014

Cerpen " Dunia Kampus"

Dunia Kampus
Tiap langkah kaki ini memberi bekas tanah ini pernah kuinjak. Bekas itu bagaikan prasasti yang tidak semua orang pernah melewatinya. Ya aku hanya bocah yang masih berbau kencur, yang kini sudah hampir 1 tahun dengan statusnya sebagai mahasiswa di kampus ini. Memasuki dunia kampus ini tidak semudah dan sesulit yang aku bayangkan. Perlu banting tulang belajar masuk kampus ini. Dan setelah masuk kampus akhirnya aku lega lolos  masuk kampus tercinta,dan cukup megah ini.
Persahabatan,cinta,dan mimpi-mimpi bisa kucari disini. Tapi aku bisa menemukan cinta terlebih dahulu karena aku tidak ingin mencintai dan melukai seseorang yang cinta padaku. Mencintai tapi pada akhirnya melukai cukup menyakitkan untuk dirasakan. Cinta itu bagaikan merak dengan keelokan bulunya yang punya beragam warna.
Kaget sudah jadi hal biasa di kampus. Kaget dengan tugas-tugas kampus yang harus deadline pengumpulannya. Kaget dengan pengumuman seleksi beasiswa. Kaget dengan pengumuman lomba yang biasanya kurang beberapa hari baru diumumkan. Dan satu lagi yang membuat aku labih terkejut lagi yaitu kaget diajari dosen yang notabenenya sebagai dosen tapi ngomongnya terlalu berteori sesuai konteks di buku,seperti kurang interaktif dengan mahasiswanya. Jadi kalau mengajar seperti ngomong dengan bahasa luar angkasa saja hingga aku tidak tahu maksudnya apa. Sudahlah aku yakin bisa menghadapi dosen seperti itu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini dan aku tidak boleh pesimis. Pesimis hanya akan menjerumuskan aku ke jurang kematian.
Seminar dengan narasumbernya orang-orang penting benar-benar ketat jalannya seminar ini. Narasumbernya membawa pengawalnya.Saat narasumber memberi materi seminar,pengawalnya menunggu di dekat pintu.Aku pernah mengikuti seminar semacam ini. Peserta seminar disuruh datang lebih awal dan narasumbernya datang telat. Tidak tahu kenapa narasumbernya datang terlambat. Ya namanya saja orang penting banyak urusan yang perlu diselesaikan. Biasanya aku menamainya dengan jam karet. Jam yang molor lama dan tidak tepat waktu.Dan aku pernah juga datang dengan jam karet baik di acara formal dan informal.hehe. Bahasaku seperti bahasa tingkat atap rumah saja.
Aku akui sulit menemui orang penting seperti pejabat negara,ataupun pejabat di kampus. Hanya orang yang berkepentingan saja yang mampu berkomunikasi dengan mereka. Aku suka dengan gaya mereka yang tidak banyak basa basi dalam berbicara. Mau contoh. Ini contohnya,aku menemui wali dosenku saja harus sms dulu untuk janjian,takutnya wali dosennya tidak punya waktu di kampus ini karena dosenku juga punya tugas lainnya. Kalau dalam jam waktu janjiannya itu ada hal yang lebih penting,terpaksa harus janjianku dengan dosen dibatalkan.
Kalau melihat narasumber seperti itu rasanya ingin juga aku jadi orang penting. Tetapi aku heran,kenapa orang-orang terlihat hormat dengan orang itu,tidak tapi dengan orang miskin mereka tidak hormat.Haruskah orang itu dihargai karena punya hal yang tidak dipunyai orang lain?Bukannya kasihan dengan orang miskin,tapi aku merasa dalam jiwa kalian untuk kurang saling menghargai antar sesama. Kekayaan dan kemiskinan bukan dijadikan alat untuk membanggakan diri atau menjadi alat untuk membuat program kerja rodi lagi seperti zaman Belanda.Ingat teman kita ini sama-sama manusia.
Beginilah dunia kampus,mereka ada yang individualis tapi tenang saja ada juga yang tidak kok. Ingat tugas itu dikerjakan mandiri ya kita sendiri yang mengerjakan bukan orang lain. Aku merasa juga sedih dengan diriku sendiri karena aku belum bisa mengharumkan kampusku. Aku tahu kampusku masih belum punya nama besar di ajang lomba karya ilmiah. Sejujurnya aku ingin sekali bisa buat karya ilmiah di kalangan mahasiswa. Semoga cita-citaku tercapai dalam membuat karya ilmiah di kalangan mahasiswa dan prestasiku menjadi tumpukan harta karun sebesar gunung Semeru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar