Rabu, 20 Agustus 2014

CERPEN DI BALIK TIRAI JODOHKU



DIBALIK TIRAI JODOHKU

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi karena orangtuaku sudah memilih lelaki yang akan menjadi pendamping hidupku. Lelaki itu bernama Imam. Aku tidak tahu mengapa Ayahku menganggap Imam seperti orang yang sempurna dan cocok denganku. Secara finansial,Imam terlihat cukup mapan dengan pekerjaannya sebagai manager di perusahaan besar. Dia memang terlihat begitu baik dan hormat dengan aku dan orangtuaku. Tapi aku tidak merasakan ada benih-benih cinta yang aku rasakan saat aku bertemu dengannya. Aku bingung dengan keadaan seperti ini. Semakin aku melihat cincin yang ada di jari manisku, semakin aku muak dengan situasi ini. Aku merasa kehidupanku seperti kehidupan Siti Nurbaya saja yang disuruh nikah paksa.

Aku hanya berharap Irfan menepati janjinya untuk segera menikahiku. Irfan adalah pacarku. Sudah 2 bulan ini aku tidak bertemu dengan Irfan karena dia bekerja sebagai pegawai bank di kota lain. Aku yakin dia masih mencintaiku. Selama 1 bulan ini juga aku dengan aku tidak mendapat kabar dari Irfan. 

Aku menatap foto Irfan di hp ku dan berharap Irfan segera kembali. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu kamarku. Aku letakkan hpku diatas meja. Aku berjalan menuju pintu kamarku. Aku buka pintu itu. Ternyata ayah yang mengetuk kamarku. Ayahku masuk ke kamarku.

“ Ada apa ayah? ”
“Besok kan hari minggu. Tadi ayah dapat telepon dai ayahnya Imam kalau besok Imam yang mau datang kemari. Imam ingin mengajakmu jalan-jalan.”
“Tapi…..”
“Sudah tidak apa-apa temani saja Imam. Dia kan calon suamimu. Kapan lagi kamu kenal dengan Imam kalau tidak mulai sekarang. Ayah jamin kalau Imam orang baik. Coba saja kamu tes besok untuk membuktian perkataan ayah tadi”
“Oke,”kataku dengan berat hati mengatakannya.
“Foto siapa ini?cukup tampan lelaki ini ,”kata Ayah sambil membawa hpku
“Oh. Itu foto sahabatku waktu kuliah S1 Akutansi yang sekarang jadi pegawai bank”
“Oh. Dia satu kantor denganmu?”
“Jelas beda. Aku itu di bank Mandiri Surabaya. Kalau dia di bank BRI Banyuwangi”
“Oke kalau begitu ayah balik dulu di kamar. Selamat  tidur”

***

Ternyata benar Imam ke rumahku hari ini. Dengan bermuka manis dan kata-katanya yang lemah lembut,Imam meminta izin kepada orangtuaku untuk jalan-jalan denganku.Sudah kuduga orangtuaku jelas mengizinkannya. Akhirnya aku dan Imam pergi naik mobil. Aku sedikit canggung duduk disebelahnya. Imam hanya diam dan fokus menyetir mobil. Agar suasana sedikit ramai, aku mengajak Imam berbicara.

By the way,kita mau pergi kemana?”
“Kalau aku mau ajak kamu ke toko buku Gramedia”
“Cuma itu saja?”
“Iya”
“Nanti mampir ke depot Maharani dulu baru ke toko buku Gramedia karena aku lapar.hehe”
“Oke”

Suasana hening kembali. Aku tidak menyangka Imam adalah orang yang pendiam. Beda sekali denganku yang tidak suka diam. Tak lama kemudian,kami sampai di depot Maharani.  Imam memperlakukanku seperti ratu sejagat dengan segala kemewahan. Dia membukakanku pintu mobil. Dia mengandeng tanganku. Aku hanya bengong begitu beraninya dia mengandeng tanganku sampai ke kursi depot ini.

“Maaf aku tidak sengaja karena aku sudah terbiasa mengandeng tangan adikku selepas dari mobil jika ke depot. Sekali lagi maaf ya”

Aku hanya tersenyum. Imam polos banget orangnya. Kami berdua memesan dua soto Madura dan 2 gelas es teh. Setelah asyik makan,kami ngobrol. Tiba-tiba dua orang yang tak kukenal berjalan dengan terburu-buru dan mengambil tasku. Imam mengejar dua orang itu. Aku hanya bisa berteriak,” maling!!!”. Orang-orang di depot ini menghampiriku semua dan menenangkanku. Aku hanya berharap Imam kembali dengan selamat. Lima belas kemudian, Imam kembali di depot ini dan membawa tasku. Walaupun mukanya ada bekas luka pukulan yang cukup memar di atas matanya,dia tetap tersenyum padaku.

“Terima kasih sudah mengambil kembali tasku dari pencuri itu. Ayo kita cepat pulang agar aku obati lukamu”
“Tidak perlu. Kita kan bukan mukrim jadi tidak sepantasnya wanita yang belum halal denganku mengobati lukaku. Maaf kita tidak jadi ke toko buku Gramedia. Kita langsung pulang saja. ”
No problem. Nanti aku saja yang menyetir mobilmu”
“Aku saja yang menyetir. Lihat aku masih sehat kan. Kalau aku yang tadi menjemputmu di rumah ,sudah sepantasnya waktu pulang aku juga yang mengantarmu.hehe”
“Ada-ada saja kamu ini”

Imam mengantarku sampai rumah. Sesampainya di rumah,entah kenapa aku mulai tertarik dengan Imam. Sosok pribadinya membuatku suka dengannya walaupun baru berjalan bersama dengannya. Bayangan Imam mulai tergambar dalam hidupku. Waktu tidur saja masih ingat dengan Imam. Sepertinya aku menjadi orang buta hari ini. Buta akan cinta. 

Suara dering sms berbunyi. Aku ambil hpku. Ini sms dari Irfan. Aku masih belum membuka  sms dari Irfan. Aku baru ingat Irfan jadi pacarku sekarang ini. Aku sangat tidak mungkin aku mencintai 2 orang yang aku sayangi. Sebuah pilihan yang sangat susah untuk aku pilih. Aku harus berani memutuskan pilihan diantara mereka. Dunia ini tidak membutuhkan manusia pesimis dan aku harus optimis. Tuhan, beritahu aku siapa yang tebaik diantara mereka?Aku sangat tidak mungkin terlalu percaya dengan Imam karena aku baru mengenalnya.

Sebelum tidur,aku mengambil wudhu. Lalu mengerjakan sholat istikhoroh. Aku yakin Allah memberi petunjuk padaku. Setelah mengerjakan sholat ini,ada kedamaian di dalam diriku. Aku merasa bahagia entah apa sebabnya. Benar-benar aneh. Kebahagiaan itu abstrak dan susah dikatakan dengan apapun.Setelah aku berdoa,aku tidur.

Aku bangun dari tidurku yang pulas.Mimpi ini membuatku bingung karena Imam yang duduk denganku di taman yang indah. Kami saling tertawa dan ngobrol. Aku merasakan kenyamanan di dekat Imam. Kenapa didalam mimpi itu bukan Irfan?Mungkinkah aku berjodoh dengan Imam? Secara logika ,aku sangat tidak mungkin aku mencintai Imam karena aku juga cinta dengan Irfan.Logika memang perlu dalam kehidupan ,tapi  hati juga punya kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. Dalam keadaan bingung seperti ini, hati nurani bisa membantu. Hati nuraniku mengatakan agar aku lebih memilih Imam daripada Irfan.
Aku baru ingat aku belum mengetahui isi sms Irfan. Aku membuka smsnya.

“Karina,terima kasih kau telah memberi warna dalam kehidupanku. Ketulusan hati,kejujuran,kesetiaanmu yang pernah kamu lakukan padaku tidak pernah aku lupakan.Aku juga sudah tahu kamu sudah bertunangan. Maafkan aku. Aku tidak bisa datang di acara pertunanganmu dengan Imam. Aku tidak sanggup datang. Mungkin kau menganggapku sebagai pengecut. Asal kamu tahu tunanganmu adalah sepupuku dan aku tidak mungkin mengagalkan acara itu. Aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaan seseorang. Asal kamu tahu,Imam adalah kakak kelasmu dulu waktu SMA. Dari SMA,dia memendam perasaan denganmu tapi dia tidak mengungkapan padamu karena menurutnya pacaran di waktu SMA tidak akan berbuah apa-apa dan hanya akan menyakiti perasaan apabila putus. Dia benar-benar menjaga perasaan wanita. Imam adalah orang baik dan lebih mapan dariku. Cinta memang tidak bisa dibeli dengan uang. Jagalah dia sampai ajal memisahkan kalian berdua. Aku merestui hubungan kalian. Maafkan aku. Aku memilih hubungan kita sekarang putus. Maafkan aku juga tidak menepati janjiku untuk menikahimu. Aku tahu ini berat untuk kau terima tapi cobalah kau pahami aku.aku sengaja satu bulan ini tidak memberi kabar kepadamu agar kamu bisa melupakanku dan aku bisa melupakanmu. Mungkin kau telah mengaggapku sebagai orang jahat yang mengorbankan perasaan seseorang. Tidak apa-apa aku terima berbagai alasanmu. Karena kau berhak mengungkapkan perasaanmu. Maafkan aku banyak salah kepadamu. Kau adalah orang baik dan sudah sepantasnya juga mendapatkan jodoh orang yang baik juga. ”

Air mataku berjatuhan membasahi pipiku saat membaca sms itu. Berbagai alasan sudah cukup  padaku bahwa Imam memang  jodohku. Dengan berat hati,aku membalas sms Irfan kalau aku setuju aku putus dengan Irfan. Aku tahu bagaimana perasaan Irfan saat tahu sepupunya sendiri melamarku. Mungkin ada kekagetan dari Irfan karena orang yang ia cintai telah dilamar sepupunya.Mulai hari ini,aku harus belajar mencintai Imam. Kurang dua minggu lagi aku akan menikah dengan Imam. Sedikit tertanam benih-benih cinta di dalam diriku untuk mencintai Imam. Walaupun sedikit,aku percaya benih-benih itu bisa jadi pohon yang besar,kokoh,berbuah,dan bermanfaat bagi orang lain. Aku yakin Allah memberi yang terbaik untukku. Penikahan atas dari keterpaksaan dari hati memanglah membuat derita. Tapi ubahlah aku menikah atas dasar ketulusan hati dan mencapai ridho Illahi itu akan lebih membuat pernikahan kita menjadi lebih bahagia dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar